Kisah Awal Menganggur: Dari Pekerja Sibuk Jadi Penganggur Mendadak
Menganggur bukan sesuatu yang pernah saya rencanakan. Tidak ada orang yang bangun pagi lalu berkata, “Hari ini kayaknya enak kalau jadi pengangguran.” Tapi hidup sering punya skenario lain, dan saya terjebak di dalamnya—tanpa aba-aba, tanpa persiapan.
Semua bermula ketika pekerjaan yang selama ini saya jalani tiba-tiba berhenti. Entah karena perusahaan merampingkan karyawan, masalah ekonomi, atau mungkin memang sudah waktunya saya hengkang. Yang jelas, status saya berubah dalam semalam: dari pekerja sibuk menjadi penganggur mendadak.
1. Hari Pertama Menganggur: Tidak Terasa Nyata
Pagi itu, saya bangun dengan kebiasaan lama—berdiri, meraih handphone, mengecek jam, lalu buru-buru bangun karena merasa terlambat.
Bedanya, kali ini saya tidak benar-benar punya tempat untuk dikejar.
Rasanya aneh. Aneh karena tidak ada rutinitas, aneh karena tiba-tiba terlalu banyak waktu luang, aneh karena tidak ada pesan masuk dari atasan berisi tugas baru.
Yang lebih aneh lagi: saya bingung mau ngapain.
2. Minggu Pertama: Antara Libur Panjang dan Kekosongan
Awalnya ada perasaan lega.
“Lumayan, istirahat sebentar,” pikir saya.
Tapi rasa lega itu tidak bertahan lama.
Masuk hari keempat, saya mulai gelisah.
Mata uang di dompet seperti mengecil setiap saya lihat.
Pesan-pesan keluarga dan teman pun mulai terasa seperti tekanan:
-
“Kok di rumah terus?”
-
“Kerja di mana sekarang?”
-
“Udah coba-coba daftar kerja lagi?”
Saya mencoba tersenyum, tapi dalam hati saya mulai merasa kehilangan arah.
3. Kehilangan Identitas
Sebelumnya, saya bisa memperkenalkan diri dengan bangga:
“Nama saya …, kerja di ….”
Sekarang?
Saya hanya bisa berkata:
“Masih nyari kerja.”
Pengangguran tidak hanya kehilangan pekerjaan—tapi juga bagian dari identitasnya.
Saya merasa seperti karakter game yang bar exp hidupnya tiba-tiba setengah hilang.
4. Mencari Makna di Tengah Kekosongan
Hari-hari berikutnya saya mulai mencari apa yang benar-benar ingin saya lakukan.
Menganggur ternyata memberikan waktu untuk berpikir lebih jernih—meski awalnya menyakitkan.
Saya mulai menulis ulang:
-
tujuan hidup
-
skill apa yang ingin saya kuasai
-
jenis pekerjaan yang benar-benar saya inginkan
-
kebiasaan buruk yang perlu ditinggalkan
Ada perasaan takut, tapi juga ada sedikit harapan.
5. Belajar Melangkah Pelan-Pelan
Perlahan tapi pasti, saya mulai melakukan hal-hal kecil:
-
memperbaiki CV
-
mengikuti kursus gratis
-
membaca buku
-
merapikan kamar dan pikiran
-
mengurangi waktu rebahan yang tidak produktif
Tidak semuanya berjalan mulus.
Kadang saya semangat, kadang drop lagi.
Kadang merasa percaya diri, kadang merasa tidak berguna.
Tapi saya terus melangkah. Meski pelan.
6. Menganggur Bukan Akhir, Tapi Awal Baru
Menganggur membuat saya belajar banyak hal yang tidak pernah saya pikirkan:
-
belajar sabar
-
belajar kuat
-
belajar menerima keadaan
-
belajar menyusun hidup dari nol lagi
Dan yang paling penting:
Menganggur bukan akhir dari cerita. Ini hanya bab baru yang harus saya lewati.
Saat ini saya mungkin belum bekerja, tapi saya sedang berproses.
Tidak apa-apa.
Pelan-pelan saja.
Yang penting terus bergerak.
Jika Anda juga sedang menganggur, ketahuilah satu hal:
Anda tidak sendiri. Dan Anda tidak berhenti di sini.
Komentar
Posting Komentar